Pada umumnya, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama
Islam di tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai
menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad saw. sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu
yang menimbulkan fitnah tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat Quraisy yang selalu menghalangi gerakan
dakwah Nabi Muhammad saw. adalah Abu Lahab. Ia mulai menghasut
masyarakat Arab Quraisy supaya membenci Nabi Muhammad saw. dan Islam.
Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak
kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad saw. agar tidak
menyebarkan ajaran Islam. Ia mendapat ancaman dan dipaksa untuk memenuhi
keinginan masyarakat Quraisy tersebut.
Pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad saw. agar bersedia
menghentikan kegiatan dakwahnya karena banyak tokoh masyarakat kafir
Quraisy yang mengancamnya bila ia tidak berhasil membujuk Nabi Muhammad
saw. untuk menghentikan dakwahnya. Namun permohonan pamannya itu tidak
dikabulkan, bahkan ia berkata tegas: “Wahai pamanku, demi Allah,
sekiranya matahari diletakkan di sebelah kananku, dan bulan di sebelah
kiriku supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan mau berhenti
berdakwah sampai Allah memberiku kemenangan atau aku binasa dalam
perjuangan.”
Mendengar perkataan dan tekad bulat Nabi Muhammad saw. untuk terus
berjuang, Abu Thalib tidak bisa berbuat banyak kecuali menyerahkan
sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Hanya saja ia berpesan agar waspada
dalam menyebarkan dakwah Islam dan berusaha menghindari ancaman
masyarakat Quraisy.
Orang-orang kafir Quraisy tidak berani berhadapan langsung dengan Nabi
Muhammad saw. untuk memintanya agar meninggalkan kegiatan dakwah karena
mereka masih memandang posisi sosial pamannya, yaitu Abu Thalib. Tetapi
mereka berani mengambil tindakan terhadap keluarga dan para sahabat
Nabi.
Melihat usaha pendekatan Abu Thalib gagal dan agama Islam terus
memperoleh pengikut, Abu Jahal dan Abu Sufyan mendatangi Abu Thalib
kembali sambil mengancam. Mereka berkata: “Hai Abu Thalib, kamu sudah
tua, kamu harus mampu menjaga dirimu jangan membela Muhammad. Kalau hal
itu dilakukan terus maka keluarga kita akan pecah.” Tetapi ancaman itu
juga tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena tekad kuat Nabi Muhammad
saw. sudah bulat untuk terus melaksanakan dakwah Islam kepada masyarakat
Mekkah meskipun ia harus bertaruh nyawa.
Illustration from image google |
Gagal melakukan pendekatan melalui jalur kekeluargaan, akhirnya pemimpin
masyarakat Quraisy lainnya menjumpai Abu Thalib untuk membujuknya agar
bisa menghentikan dakwah kemenakannya itu. Kali ini bukan ancaman yang
diberikan, melainkan tawaran. Ia menawarkan seorang pemuda tampan
bernama Amrah Ibnu Walid yang usianya sebaya dengan Nabi Muhammad saw.
Lalu mereka berkata: “Hai Abu Thalib, Muhammad saya tukarkan dengan
pemuda ini. Peliharalah orang ini dan serahkan Muhammad kepada kami
untuk kami bunuh.”
Mendengar ancaman dan tekanan itu, Abu Thalib menjawab dengan suara
lantang: “Hai orang kasar, silakan dan berbuatlah sesukamu. Aku tidak
takut!” Kemudian Abu Thalib mengundang keluarga Bani Hasyim untuk
meminta bantuan dan menjaga Muhammad saw. dari ancaman dan penganiayaan
kafir Quraisy.
Setelah gagal melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad saw. dan Abu
Thalib, pemimpin Quraisy mengutus Uthbah Ibnu Rabi’ah untuk membujuk
Nabi Muhammad saw. agar menghentikan dakwahnya. Untuk itu, ia menawarkan
beberapa pilihan kepada Nabi Muhammad saw. Lalu ia berkata: “Hai
Muhammad, bila kamu menginginkan harta kekayaan, saya sanggup
menyediakan untukmu. Bila kamu menginginkan pangkat yang tinggi, saya
sanggup mengangkatmu menjadi raja, dan bila kamu menginginkan wanita
cantik, saya sanggup mencarikannya untukmu. Tetapi dengan syarat kamu
mau menghentikan kegiatan dakwahmu.”
Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw. menjawab dengan tegas melalui
surah as-Sajadah ayat 1-37. Demi mendengar firman itu, Uthbah tertunduk
malu dan hati kecilnya membenarkan ajaran Nabi Muhammad saw. Kemudian ia
kembali ke kaumnya dan menceritakan apa yang baru saja dialaminya.
Kemudian ia menganjurkan kepada masyarakat Quraisy dan kawan-kawannya
untuk menerima ajakan Muhammad saw.
Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad saw. terus berusaha
mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk
penyiksaan dan pembunuhan. Di antara sahabat Nabi Muhammad saw. yang
mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabah, Yasr, Amr
bin Yasir, Sumaiyah (isteri Yasir), Khabbah bin Aris, Ummu Ubais,
Zinnirah, Abu Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka
menerima siksaan di luar batas perikemanusiaan, misalnya dipukul,
dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur di terik matahari
dan ditindih batu besar. Isteri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
Siksaan itu ternyata tidak hanya dialami oleh hamba sahaya dan
orang-orang miskin, tetapi juga dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq,
Zubair bin Awwam. Namun siksaan yang dialami Abu Bakar ash-Shiddiq tidak
berlangsung lama karena ia mendapat pertolongan dari sukunya yaitu Bani
Taymi.
Hambatan, gangguan, dan ancaman terus berlangsung dilakukan masyarakat
kafir Quraisy terhadap umat Islam hingga akhirnya umat Islam
diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw. untuk hijrah ke Habsyi (Etheopia).
Hal penting yang dapat ditarik dari pelajaran di atas adalah bahwa
apapun resiko yang akan dihadapi masyarakat muslim dalam berjuang
menegakkan kebenaran dan penyiaran nilai-nilai keislaman, harus dihadapi
dengan keteguhan jiwa, kesabaran, dan tawakal. Selain itu juga harus
diupayakan cara-cara terbaik dalam menyebarkan ajaran Islam sehingga
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dapat berhasil dengan baik.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang baik. Beliau tetap tabah,
sabar, tekun, dan berjiwa besar dalam menyebarkan ajaran Islam yang
diterimanya. Beliau tidak terkecoh dalam kedudukan, pangkat, harta, dan
wanita atau kehormatan duniawi lainnya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar